Bab Ke-1: Meminta
Pertolongan Tangannya Sendiri dalam Shalat Jika Yang Dikerjakan Itu Termasuk
Urusan Shalat
Ibnu Abbas r.a. berkata,
"Seseorang boleh saja di dalam shalatnya meminta pertolongan
(mempergunakan) salah satu anggota tubuhnya sesuai apa yang
dikehendakinya."[1]
Abu Ishak meletakkan tutup kepala
di atas kepalanya ketika melakukan shalat dan juga melepaskannya.
Ali meletakkan telapak tangan
yang kanan di atas pergelangan tangannya yang kiri kecuali jika ia hendak
menggaruk kulit tubuhnya atau membetulkan pakaiannya.[2]
(Aku berkata, "Dalam bab ini
Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya bagian dari hadits Ibnu Abbas yang
tercantum pada nomor 93.")
Bab Ke-2: Perkataan yang
Dilarang dalam Shalat
618. Abdullah (bin Mas'ud) r.a.
berkata, "Kami pernah memberi salam kepada Nabi ketika beliau sedang
shalat, lalu beliau menjawab.[3] Ketika kami pulang dari negeri Raja Najasyi,
kami mengucapkan salam kepada beliau (yang sedang shalat), tetapi beliau tidak
menjawab. Maka, kami bertanya, 'Wahai Rasulullah, dulu kami memberi salam
kepadamu dan engkau menjawabnya?' (Tapi sekarang kok tidak? 4/245). Beliau
menjawab, 'Sesungguhnya di dalam shalat itu ada kesibukan.' (Maka aku bertanya
kepada Ibrahim, "Bagaimana yang Anda lakukan?" Dia menjawab, 'Aku
menjawab dalam hati.')."
Bab Ke-3: Diperbolehkan
Mengucapkan Tasbih dan Tahmid dalam Shalat untuk Kaum Lelaki
(Aku berkata, "Dalam bab ini
Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Sahl bin Sa'ad yang tercantum
pada nomor 276 di muka.")
Bab Ke-4: Orang yang
Menyebut Nama Kaum dan Memberi Salam dalam Shalat Kepada Orang lain dengan
Berhadap-hadapan, Padahal Orang yang Diberi Salam Itu Tidak Mengetahui
(Aku berkata, "Dalam bab ini
Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Abdullah bin Mas'ud yang
tercantum pada nomor 450 di muka.")
Bab Ke-5: Bertepuk Tangan
untuk Kaum Wanita
619. Zaid bin Arqam berkata,
"Salah seorang di antara kami biasa bercakap-cakap dengan temannya di
dalam shalat sampai turun ayat, 'Peliharalah segala shalat(mu), dan
(peliharalah) shalat wustha. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan
khusyu.' Lalu kami diperintahkan diam."
620. Abu Hurairah r.a. mengatakan
bahwa Nabi saw bersabda, "Mengucapkan tasbih untuk kaum lelaki, sedang
bertepuk tangan untuk kaum wanita."
Bab Ke-6: Orang yang
Mundur Ke Belakang dalam Shalatnya atau Maju karena Ada Perkara yang Baru
Datang Padanya
Hal ini diriwayatkan oleh Sahl
bin Sa'ad dari Nabi saw.[4]
Bab Ke-7: Apabila Ibu
Memanggil Anaknya dalam Shalat
Abu Hurairah r.a berkata,
"Rasulullah menceritakan bahwa seorang ibu memanggil anaknya yang sedang
shalat di tempat peribadatannya. Ibu itu berkata, 'Hai Juraij!' Lalu Juraij
berkata (dalam hati), 'Ya Allah, ibuku (memanggilku), dan aku (sedang
menunaikan) shalatku. Apakah yang harus aku perbuat?' Ibu itu memanggil lagi,
'Wahai Juraij!' Juraij berkata, 'Ibuku atau shalatku?' Ibunya memanggil lagi,
'Wahai Juraij!' Juraij berkata, 'Ya Allah, ibuku atau shalatku?' Ibu itu
berkata, 'Ya Allah, semoga Juraij tidak mati sebelum ia melihat muka wanita
pelacur terlebih dahulu.' Pada suatu ketika datang seorang wanita pelacur ke
tempat peribadatannya, lalu ia melahirkan. Ketika ditanya, 'Anak siapa itu?'
Wanita itu menjawab, 'Anak si Juraij, dan dia keluar dari tempat
peribadatannya.' Juraij berkata, 'Mana wanita yang mengatakan anaknya adalah
dariku? Juraij berkata, 'Wahai si kecil! Siapakah bapakmu?' Ia menjawab,
'Seorang penggembala kambing.'"
Bab Ke-8: Mengusap Batu-Batu
Kecil dalam Shalat
621. Mu'aiqib mengatakan bahwa
Nabi saw bersabda tentang seorang laki-laki yang meratakan debu di kala sujud,
"Jika kamu melakukan, maka sekali saja."
Bab Ke-9: Membeberkan
Kain/Pakaian dalam Shalat untuk Digunakan Sujud
(Aku berkata, "Dalam bab ini
Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits yang tertera pada nomor 216 di
muka.")
Bab Ke- 10: Apa yang Boleh
Dilakukan di Dalam Shalat
622. Abu Hurairah r.a. mengatakan
bahwa Nabi saw. shalat dan setelah selesai beliau bersabda, "Sesungguhnya
tadi ada setan yang menampakkan dirinya kepadaku (dan dalam satu riwayat:
sesungguhnya Ifrit dari golongan jin menampakkan diri kepadaku tadi malam)
dengan maksud supaya aku mengurungkan shalatku. Tetapi, aku dikaruniai
kemampuan oleh Allah lalu mencekiknya. Sebenarnya aku ingin mengikat setan itu,
supaya paginya kamu semua dapat melihatnya. Tetapi, kemudian aku teringat
kepada ucapan (dalam satu riwayat: doa saudaraku) Nabi Sulaiman, 'Ya Tuhan,
berikanlah kepadaku suatu kerajaan yang tidak Engkau berikan kepada seseorang
sesudahku nanti.' Karena itu, Allah lantas mengusir setan (jin) itu dalam
keadaan hina dina."
An-Nadhr bin Syumail berkata,
"Lafal fadza'attuhu dengan huruf dzal, berarti aku mencekiknya; dan
fada'attuhu dari firman Allah, 'Yauma yuda'uuna' yakni yudfa'uuna' 'ditolak'.
Tetapi yang benar ialah fada'attuhu hanya saja diberi tasydid pada 'ain dan
ta'. Dan ifrit artinya yang selalu durhaka, baik dari golongan manusia maupun
jin, seperti lafal zibniyyah, kelompok Zabaniyah."
Bab Ke-11: Apabila
Binatang Lepas dan Yang Mempunyai Masih Mengerjakan Shalat
Qatadah berkata, "Jika
pakaian seseorang dicuri, ia boleh mengejar pencurinya, dan meninggalkan
shalat."[5]
623. Al-Arzaq bin Qais berkata,
"Pada suatu ketika kami berada di Ahwaz untuk memerangi kaum Khawarij.
Pada suatu saat sewaktu kami berada di tempat dekat sungai (yang deras airnya),
tiba-tiba ada seorang laki-laki yang sedang mengerjakan shalat dan di saat itu
pula kendali binatang kendaraannya ada di tangannya. Binatang itu menariknya
dan ia pun mengikutinya. (Dan dalam satu riwayat: lalu ia mengerjakan shalat,
dan melepaskan kudanya, kemudian kuda itu lari. Lantas ia meninggalkan
shalatnya dan mengejarnya hingga dapat menangkapnya, kemudian ia tunaikan
shalatnya)." Syu'bah berkata, "Dia adalah Abu Barzah al-Aslami."
Kemudian ada seseorang dari golongan kaum Khawarij berkata, "Ya Allah,
berbuatlah sesuatu terhadap orang tua ini (Abu Barzah)." (Dan dalam satu
riwayat: "Dan di kalangan kami terdapat seseorang yang mengemukakan
pikirannya seraya berkata, 'Lihatlah orang tua ini, dia meninggalkan shalatnya
hanya karena seekor kuda!) Sesudah orang tua itu shalat, ia berkata,
'Sesungguhnya aku telah mendengar apa yang kamu katakan tadi, (dan dalam satu
riwayat: tidak ada seorang pun yang pernah berlaku kasar kepadaku sejak aku
berpisah dari Rasulullah.), dan aku pernah berperang bersama Nabi enam kali,
tujuh kali, atau delapan kali. Aku menyaksikan beliau memberikan kemudahan.
Sesungguhnya aku lebih senang untuk mengikuti hewanku daripada meninggalkannya
lalu hewan itu kembali ke tempat yang disukainya, hingga menyulitkanku.' (Dan
dia berkata, "Sesungguhnya rumahku jauh, seandainya aku shalat dan aku
tinggalkan, maka aku tidak datang kepada keluargaku hingga malam hari.")
Bab Ke-12: Diperbolehkan
Meludah dan Meniup dalam Shalat
Diriwayatkan dari Abdullah bin
Amr, "Nabi meniup tanah di dalam sujudnya pada waktu shalat
kusuf."[6]
Bab Ke- 13: Orang yang
Bertepuk Tangan di Dalam Shalat karena Tidak Mengerti, Maka Shalatnya Tidak
Batal
Dalam hal ini terdapat hadits
Sahl bin Sa'ad dari Nabi saw.[7]
Bab Ke-14: Apabila kepada
Orang yang Shalat Dikatakan, "Majulah" atau "Nantikanlah"
Lalu Ia Menantikan, Maka Shalatnya Tidak Batal[8]
(Aku berkata, "Dalam bab ini
Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Sahl bin Sa'ad yang tersebut
pada nomor 203 di muka.")
Bab Ke-15: Tidak Boleh
Menjawab Salam dalam Shalat
624. Jabir bin Abdullah r.a.
berkata, "Rasulullah mengutusku dalam suatu keperluan. Aku berangkat,
kemudian pulang,, dan aku telah menunaikannya. Aku datang kepada Nabi, lalu aku
memberi salam kepada beliau, namun beliau tidak menjawab.[9] Lalu timbullah
sesuatu dalam hatiku yang Allah lebih mengetahui daripadaku. Aku berkata dalam
hati, 'Barangkali Rasulullah mendapatkan aku (marah kepadaku karena) terlambat.
Kemudian aku memberi salam kepada beliau, namun beliau tidak menjawab. Maka, timbullah
di dalam hatiku sesuatu yang lebih keras daripada yang pertama. Kemudian aku
memberi salam kepada beliau, lalu beliau menjawab seraya bersabda, 'Yang
menghalangiku menjawab atas salammu tadi adalah karena aku sedang shalat.'
Beliau di atas kendaraan dengan menghadap arah bukan kiblat."
Bab Ke-16: Mengangkat
Tangan di Dalam Shalat karena Ada Suatu Perkara yang Sedang Dihadapi
(Aku berkata, "Dalam bab ini
Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Sahl yang tercantum pada nomor
376 di muka.")
Bab Ke-17: Meletakkan
Tangan di Pinggang (Berkacak Pinggang) dalam Shalat
625. Abu Hurairah r.a. berkata,
"Seseorang dilarang meletakkan tangan dipinggang (berkacak pinggang) dalam
shalat."
Juga pada riwayat lain secara
mu'allaq 'tanpa disebutkan sanadnya' dari Nabi saw. Dan, pada riwayat yang lain
lagi dari Abu Hurairah, ia berkata, "Seseorang dilarang shalat dengan
berkacak pinggang."[10]
Bab Ke-18: Seseorang yang
Memikirkan Sesuatu dalam Shalat
Umar r.a. berkata, "Aku
betul-betul pernah mempersiapkan pasukanku sedangkan ketika itu aku dalam
shalat."[11]
________________________________________
Catatan Kaki:
[1] Aku tidak mendapatkan orang
yang me-maushul-kannya. Al-Hafizh juga tidak menyebut-nyebutnya.
[2] Di-maushul-kan oleh Ibnu Abi
Syaibah sebagaimana dijelaskan dalam al-Fath, juga oleh al-Baihaqi di dalam
Sunan-nya (2/29-30), dan dia berkata, "Isnadnya hasan."
[3] Yakni menjawab salam dengan
ucapan juga. Karena, kalau tidak begitu, maka sesungguhnya terdapat riwayat
yang sah yang menerangkan bahwa Nabi menjawab salam dengan isyarat kepalanya
dalam kisah ini sebagaimana yang diriwayatkan oleh as-Sirah di dalam Musnad-nya
(4/77/2-78/1) dengan sanad yang bagus. Juga di dalam kitab lain sebagaimana
yang terdapat di dalam catatan kaki mengenai hadits Jabir "15-BAB - LAA
YARUDDUS SALAM FISH-SHALAT".
[4] Imam Bukhari menunjuk kepada
hadits Sahl yang tercantum pada nomor 376 di muka, tetapi boleh jadi
sebagaimana dikatakan oleh al-Hafizh bahwa yang dimaksud adalah hadits Sahl
yang lain yang tercantum pada nomor 490. Tidak tertutup kemungkinan bahwa yang
beliau maksudkan adalah kedua hadits itu, karena keduanya sesuai dengan judul
bab.
[5] Di-maushul-kan oleh Abdur
Razzaq di dalam Mushannaf-nya (2/262/3291) dengan sanad sahih dari Qatadah.
[6] Di-maushul-kan oleh Ahmad,
Nasa'i, dan lain-lainnya, dan hadits ini sudah ditakhrij di dalam risalahku
mengenai shalat kusuf, dan diriwayatkan oleh Ibnu Hibban di dalam Shahih-nya
nomor 594-596.
[7] Yaitu yang tertera pada nomor
376.
[8] As-Sindi berkata,
"Maksud penyusun (Imam Bukhari) bahwa orang yang sedang shalat menjaga
keadaan orang lain, atau mematuhi sebagian perintahnya, tidaklah membatalkan
shalat." Aku berkata, "Berbeda dengan pendapat golongan Hanafiyah,
dan hadits-hadits yang menyangkal pendapat mereka banyak sekali, di antaranya
adalah hadits yang disebutkan sebelum bab ini."
[9] Yakni tidak menjawab dengan
perkataan, melainkan dengan isyarat, karena di dalam Shahih Muslim (2/71)
disebutkan, "Lalu beliau berisyarat kepadaku." Dan dalam riwayat
lain, "Lalu beliau berbuat kepadaku dengan tangannya." Al-Hafizh
berkata, "Jabir tidak mengerti bahwa maksud isyarat Nabi itu adalah
jawaban kepadanya. Karena itu, ia berkata, 'Maka, timbullah sesuatu dalam
hatiku yang Allah lebih mengetahui daripadaku', yakni kesedihan." Lihat
catatan kaki tidak jauh sebelum ini.
[10] Di-maushul-kan oleh Muslim,
Abu Dawud, dan lain-lainnya. Hadits ini sudah ditakhrij di dalam Shahih Abu
Dawud (873), dan al-Hafizh menisbatkannya kepada penyusun (Imam Bukhari). Yang dimaksudkan
olehnya ialah riwayat sesudahnya yang diriwayatkan dengan menggunakan fi'il
mabni majhul 'kata kerja pasif' sebagaimana Anda lihat.
[11] Di-maushul-kan oleh Ibnu Abi
Syaibah dengan isnad sahih dari Umar.
Sumber: Ringkasan Shahih Bukhari
- M. Nashiruddin Al-Albani - Gema Insani Press
EmoticonEmoticon