Terkadang ketika
seseorang ingin melakukan kebaikan, pasti banyak sekali hambatan dan penghalang
yang sering dialami, diantara hal-hal yang sering kita rasakan ialah timbulnya
sebuah keraguan dan kehawatiran yang selalu mengiringi setiap langkah kita menuju
kebaikan, padahal jika kita mengerjakan kebaikan itu, keraguan-keraguan itu
akan hilang dan kekhawatiran itu sebenarnya tidak terjadi, itulah pentingya
sebuah keyakinan yang kuat untuk melakukan sesuatu apalagi yang kita kerjakan
ini bernilai kebaikan dan ibadah.
Bisikan-bisikan
syaitan yang selalu menghampiri kita membuat kita ragu ketika kita ingin melakukan sebuah kebaikan, diantara keraguan
dan kekhawatiran yng sering kita rasakan ialah Keraguan terhadap rizki yang
diberikan Allah kepada kita.
Rizki seseorang
sudah dijamin Allah bagi seluruh umatnya, jadi ketika kita ragu akan rizki yang
dijamin Allah terhadap kita, maka kita harus membenahi keimanan dan ketaqwaan
kita, sering kali kita beranggapan bahwa ketika kita ingin melakukan sesuatu
kita ragu akan rizki yang diberikan Allah kepada kita, padahal jikalau kita
melakukan sesuatu dan berusaha untuk mendapatkan rizki, jaminan Allah, kita
akan mendapatkan rizki tersebut, jika kita tidak memdapatkan rizki dari usaha
yang kita lakukan, sebenarnya Allah SWT sedang mengalihkan rizki tersebut pada
sesuatu yang lain karna rizki itu tidak hanya berupa harta, bisa jadi kita
diberikan kesehatan dan dimudahkan jalan urusan kita, itu juga termasuk rizki
yang diberikan Allah kepada kita, akan tetapi terkadang kita lupa akan rizki
yang Allah berikan.
Kekhawatiran
yang sering muncul dari diri kita yakni kekhawatiran rizki untuk kuliah,
menikah, dan mempunyai anak. Sering kita temukan orang-orang yang tidak kuliah dengan
alasan khawatir tidak bisa membayar uang kuliah, padahal ketika kita menjalaninya,
rizki yang kita khawatirkan akan kita
dapatkan walaupun terkadang kita tidak
tau dari mana jalan Allah memberikan
rizki itu sehingga kita bisa membayar biaya kuliah, karena Allah akan
memudahkan jalan orang-orang yang menuntut ilmu.
Kemudian kekhawatiran
rizki untuk menikah,
Kita sering
menunda-nunda untuk menikah padahal secara fisik kita mampu untuk menikah,
kekhawatiran yang sering muncul iyalah kekhawatiran ketika menikah dia tidak
bisa member makan anak istrinya, pekerjaan belum mapan, usaha sering gagal,
sehingga timbul dalam diri mereka kekhawatir untuk menikah, padahal ketika
menikah semua kekhawatiran itu hilang, kekhawatiran akan rizki, semua Allah cukupi,
entah dengan cara apa Allah memberikan rizki tersebut.
Kekhawatiran untuk
memiliki keturuna.
Kekhawatiran ini
sering dirasakan oleh orang-orang yang sudah menikah, kekhawatiran akan rizki
ketika mempunyai anak, terkadang kita berfikir jika penghasilan kita pas-pasan
untuk hidup berdua dengan istri kita, kemudian kita memiliki seorang anak, terkadang
kita khawatir kita tidak bisa membiayai kehidupan anak kita, padahal semua itu
hanyalah bisikan syaitan saja, ketika kita menjalankanya, kekhawatiran itu
tidak terjadi, rizki yang kita dapatkan perlahan bertambah sesuai dengan
kebutuhan kita “Allah mencukupi berapapun rizki yang kita butuhkan karna jika Allah
memberikan rizki tidak sesuai dengan kebutuhan kita, berarti Allah zholim
terhadap kita”. Namun!!! Jika rizki yang kita dapatkan terkadang belum cukup
untuk menghidupia anak dan istri kita bukan berarti Allah tidak memberikan
rizki yang sesuai dengan kehidupan kita, bisa jadi karena kita yang belum bisa
mengatur rizki yang kita dapatkan dengan pengeluaran yang kita gunakan, maka
manajement keuangan juga harus dijalankan untuk memaksimalkan rizki yang kita
dapatkan.
قال الحسن البصري: قرأت في تسعين موضعا من القرآن
أن الله قدر الأرزاق وضمنها لخلقه ، وقرأت في موضع واحد " الشيطان يعدكم
الفقر" : فشككنا في قول الصادق في تسعين
موضعا ، وصدقنا قول الكاذب في موضع
واحد
Hasan Basri
berkata: Aku telah membaca di sembilan puluh tempat (90 kali disebutkan) di
dalam Al Qur'an, bahwa sesungguhnya Allah telah menetapkan (mentaqdirkan)
rezeki dan menjamin (mengeransi) rezeki itu untuk makhlukNya, dan aku membaca
(hanya) pada satu tempat “syeitan menakut-nakutimu akan kefakiran”, lantas,
(apakah layak) kita ragu terhadap perkataan yang Maha Benar di sembilan puluh
tempat, sementara kita mempercayai perkataan pembohong (hanya) di satu tempat?
EmoticonEmoticon